JAKARTA-Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi
kehidupan manusia. Akan tetapi akses air bersih bagi masyarakat di
perkotaan baru mencapai 70 persen dan di pedesaan hanya 40 persen. Hal
itu disampaikan Deputi Kemenko Kesra Bidang Kependudukan dan Kesehatan
Lingkungan Emil Agustiono belum lama ini.
"Untuk pengadaan air bersih ini, pemerintah menyediakan anggaran
sekitar Rp 3 miliar per tahun per kecematan," ujarnya di sela-sela acara
Pengukuhan Kemitraan Nasional Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga (PAM
RT) Kamis malam lalu (4/1).Dia mengungkapkan, keberhasilan penyediaan
air bersih ini dilihat dari menurunnya angka kejadian diare. Ini karena
belakangan kasus balita terkena diare menurun. Juga karena perilaku
masyarakat untuk hidup bersih juga makin membaik.
Marketing Communications dari Program Aman Tirta Wendy Sarasdyani
mengatakan, selain rendahnya akses air bersih bagi masyarakat di
Indonesia, masalah air minum yang biasa direbus sebagian besar rumah
tangga, temyata juga tidak aman.Kebiasaan baik itu tidak menjamin air
yang diminum terlindung dari kontaminasi ulang. "Beberapa penelitian
yang dilakukan di Indonesia menemukan bakteri penyebab diare dalam air
minum berada di lebih dari separuh rumah tangga yang merebus," tandasnya
Menurut hasil riset, lanjutnya, di Indonesia lebih dari 100 juta
orang tidak memiliki akses terhadap air yang aman. Ini yang membuat
tingginya angka kejadian diare yang menjadi urutan kedua dalam peringkat
pembunuh utama anak balita.Merebus memang efektif mengurangi jumlah
ecoli di dalam air. Namun, kemungkinan besar air minum yang sudah diolah
masih terkontaminasi ecoli.Realitas ini terjadi karena beberapa sebab.
"Merebus tidak sampai mendidih, membuka wadah untuk mendinginkan, wadah
penyimpanan tidak bersih, wadah penyimpanan bermulut lebar, dan tidak
tertutup, atau penyajian air minum dengan menggunakan gayung atau
langsung diciduk dengan menggunakan gelas dari wadahnya merupakan
beberapa penyebab itu." imbuhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar