Entri Populer

Senin, 05 Desember 2011

Masalah air bersih tak kenal kelas masyarakat .......

Ikuti BusinessHYDRO di Twitter


JAKARTA: Permukiman kelas menengah ke atas di Jakarta tidak terlepas dari masalah air bersih baik berupa tidak mengalirnya air hingga kualitas yang memburuk walaupun pengelolaannya di Ibu Kota telah diserahkan kepada dua operator swasta.

Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Hak atas Air (Kruha) Hamong Santono mengatakan krisis air bersih tidak hanya menimpa permukiman masyarakat kelas bawah saja, seperti yang selama ini diberitakan. Perumahan dalam skala menengah ke atas pun terkena masalah air di Ibu Kota.

"Masalah air itu terjadi tak hanya untuk masyarakat miskin, dia tak mengenal kelas-kelas semacam itu. Permukiman menengah ke atas pun seperti Pondok Indah, Jakarta Selatan, Kramat Raya, Jakarta Pusat hingga Duren Sawit, Jakarta Timur pun menghadap masalah sama," ujar Hamong kepada pers hari ini.

Dia mengungkapkan masalah air bersih itu bervariasi yakni tidak mengalirnya air hingga kualias air yang buruk. Menurut Hamong, tekanan terhadap pengelola air bersih di Jakarta semakin besar menyusul semakin banyaknya pula warga yang datang ke Jakarta. Warga Jakarta saat ini diperkirakan mencapai 9 juta jiwa.

Hamong menambahkan untuk warga kelas menengah ke atas, biasanya mereka menyiasati masalah air bersih dengan penggalian air dari sumur tanah. Namun, hal itu tidak dapat dilakukan oleh masyarakat miskin karena membutuhkan biaya yang besar dan harus membeli air lebih mahal.

"Mereka terpaksa membeli air yang dijual dengan harga yang lebih mahal, namun hal itu dilakukan karena tidak mampu membuat sumber air dari sumur tanah.  Tetapi di sisi lain, eksploitasi air tanah menjadi semakin besar sehingga berpengaruh pada turunnya permukaan tanah di Jakarta."

Kruha menilai umumnya air sumur dangkal dikonsumsi rakyat miskin Jakarta yang tidak memiliki kemampuan menggali sumur bor dalam seperti di perumahan mewah, di mana masyarakat kelas bawah ini juga tinggal di daerah yang berhimpitan.

Akibatnya saat tidak terlayani air PAM, kata Hamong, mereka terpaksa menggali sumur berjarak kurang 10 meter jauhnya dari septik tank. Kruha juga menyimpulkan air pipa layanan PAM Jakarta sendiri belum tentu layak pakai karena  dugaan kebocoran pipa PAM Jakarta mencapai lebih dari 50% sehingga membuka peluang tercemarnya air layanan pipa yang sampai ke rumah. (tw)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar